Senin, 25 Agustus 2008

MEMOHON CAHAYA PENERANGAN JALAN KEHIDUPAN

Rasulullah Muhammad Saw, telah memberikan tuntunan do’a sebagai berikut:

Ya Allah, jadikanlah cahaya di dalam hatiku, cahaya pada penglihatanku, cahaya pada pendengaranku, cahaya di sebelah kananku, cahaya disebelah kiriku, cahaya di atasku. cahaya di bawahku, cahaya di depanku, cahaya di belangku , dan jadikanlah cahaya untuk ku

Do’a ini terdapat dalam kitab hadits shalih Al – Bukhari juz IV halaman 100 . Menurut sahabat yang meriwayatkannya, yaitu Ibnu ‘Abbas r.a, do’a ini dibaca oleh Rasulullah saw setelah beliau shalat shubuh. Meskipun demikian, do’a ini boleh dibaca kapan saja, baik pagi, sore, siang maupun malam.
Sedang kaitannya dengan masalah ibadah yang lain, do’a ini dapat dibaca dirangkaikan dengan do’a-do’a wiridan setelah sholat wajib, dibaca sesudah sholat sunat , dibaca dalam amalan khusus do’a sesuai dengan kehendak kita
Mengenai do’a kita supaya Allah menjadikan cahaya ( Nur ) di dalam hati kita, pengertiannya dapat kita kaitkan dengan firman Allah dalam Surat Hadid ayat 9. Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa fungsi Al-Qur’an adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya (…………………………………………)
Dalam kitab tafsir marah labid tafsir An- Nawawi diterangkan bahwa yang dimaksud dengan “ kegelapan “ dalam ayat tersebut adalah “ kekafiran “. Sedang yang dimaksud “cahaya “ adalah “ Iman”
Dengan demikian jika kita berdo’a supaya Allah menjadikan cahaya pada penglihatan dan pendengaran kita, maksudnya kita memohon kekuatan agar penglihatan dan pendengaran kita mampu membedakan baik dan buruk serta benar dan salah
Kita juga memohon agar Allah menjadikan cahaya di kiri-kanan, di atas-bawah dan muka-belakang kita, supaya kita dapat menilai segala yang terjadi di sekeliling kita dan menjadikannya sebagai pelajaran
Cahaya di depan kita dapat juga dengan pengertian kita bisa melihat benar-salah dan baik-buruk apa yang akan kita kerjakan. Adapun cahaya di belakang kita berarti mempu mengevaluasi dan mawas diri secara objektif apa yang kita kjerjakan dimasa lampau
Kemudian cahaya di atas dan di bawah kita dapat ditafsirkan sebagai kemampuan kita menilai secara objektif perilaku orang yang jabatan atas status sosialnya lebih tinggi atau lebih rendah dari kita
Ringkasan dengan do’a diatas kita memohon kepada Allah cahaya penerangan jalan kehidupan kita, agar kita selamat di dunia dan akhirat

Do'a adalah cita cita

Sependapatkah anda bahwa Do’a itu Harapan, dan Harapan itu Cita-cita ?
Do’a yang dituntunkan oleh Agama merupakan rumusan cita-cita yang tepat. Ambillah contoh rumusan Do’a yang banyak diucapkan orang.


Ya Tuhanku, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari siksa neraka .

Betapa tepatnya rumusan cita-cita itu. Siapakah yang tidak bercita-cita hidup sejahtera di dunia, sejahtera di akhirat dan terjauh dari siksaan neraka ? Siapapun bercita-cita seperti itu, apapun agamanya, apapun kebangsaannya, apapun jabatannnya apapun kelompok dan golongannnya. Dan do’a atau cita-cita itu baru akan terwujud kaulau diperjuangkan.
Konon Khalifah Umar pernah mengusir seseorang yang berdo’a di masjid mohon rizqi “Kalau mohon rizqi segeralah keluar bekerja mencari rizqi. Sebab dari langit tidak akan turun hujan emas “ seru beliau.
Cerita itu menggambarkan bahwa sepertinya Khalifah Umar pun berpendapat, bahwa do’a perlu diusahakan atau diperjuangkan sebagaimana harapan dan cita-cita, agar dapat terwujud.
Rumusan do’a diantara dua sujud yang dituntunkan oleh Rasulullah berbunyai

(“Ya allah, ampunilah saya, kasih- sayangilah saya, cukupilah saya, tunjukilah saya dan berilah saya rizqi “)
Bagaimana kalau kelima permohonan / harapan / cita-cita kita sebagaimana termaktub dalam rumusan do’a diantara dua sujud itu kita kelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama kelompok spiritual, terdiri dari permohonan ampunan, kasih-sayang dan petunjuk. Kedua kelompok material, yang terdiri dari permpohonan kecukupan dan rizqi !? Dalam tulisan ini akan diberikan komentar ala kadarnya tentang cita-cita kita di kelompok ke dua. Cita-cita berkecukupan dan rizqi. Hal ini bukan karena cita-cita kelompok pertama tidak penting, tetapi sekedar karena ruang rubrik yang terbatas. Sebenarnya dalam proses, kecukupan dan rizqi, rizqi terjadi lebih dahulu. Proses kecukupan baru muncul setelah proses rizqi terjadi. Rizqi kita terima, baru kemudian muncul masalah cukup-tidaknya rizqi itu guna memenuhi kebutuhan. Akan tetapi mengapa rumusan do’a atau cita-cita kelompok material itu, tidak sejalan dengan proses kejadiaanya ?. Kita kedepankan kebutuhan kita akan kecukupan baru kemudian kita kedepankan kebutuhan kita akan rizqi. Do’a kita ditasyahud akhir diantaranya kita mohon agar kita terjaga dari siksa neraka jahanam dan terjaga dari siksa kubur. Terlebih dahulu kita mohon terjaga dari siksa jahanam baru kemudian kita mohon terjaga dari siksa kubur, sementara prosesnya siksa kubur akan dialami terlebih dahulu, baru kemudian siksa neraka jahanam itu dialami.
Pasti hal ini ada sebabnya. Ada rahasianya. Dan rasanya sebab atau rahasia itu tidak terlalu sulit dicari. Sementara orang berpendapat, mengapa terjaga dari siksa jahanam dikedepankan lebih dahulu dari terjaga dari siksa kubur ? Sebab terjaga dari siksa jahanam itu lebih dibutuhkan dari terjaga dari siksa kubur, meskipun orang tak senang terhadap keduanya. Persepsi kita, siksa jahanan itu berat dan lama. Sementara siksa kubur tidak seberat siksa jahanam dan waktunya terbatas sampai hari kiyamat. Wallahu a’lam.
Kembali kepada masalah mengapa kebutuhan akan kecukupam lebih dahulu dikedapankan dari kebutuhan akan rizqi ?! Apakah sebab atau rahasianya. Rahasianya ialah karena untuk memenuhi kebutuhan akan kecukupan itu lebih berat dari memenuhi kebutuhan akan rizqi. Berkecukupan layak jadi cita-cita dari pada rizqi. Untuk mendapat rizqi kerja lebih sederhana. Dimasa rakat jawa ada pemeo; sapa nggremet nglamet. Sapa obah mamah. Klinting-klinting nemu lading, klintong-klintong nemu genthong. Kesimpulannya, mencari rizqi itu sederhana. Siapa mau bekerja, Insya Allah – rizqi itu ada.
Rizqi adalah fungsi kerja. Sementara cukup atau kecukupan adalah fungsi manajemen. Banyak orang berpendapatan besar tetapi tidak cukup, sementara tidak edikit orang yang berpendapatan relatif kecil, tetapi mereka hidup berkecukupan. Mengapa terjadi demikian ? Yang berpendapatan besar, managerial skill ( keterampilan mengelola ) pendapatannnya rendah, sementara yang berpendapatn kecil, ketrampilannya mengelola tinggi, Kesimpulan ekstrimnya adalah cukup tidak cukup merupakan masalah manajemen. Oleh karenanya, kita yang sekurang-kurangnya 17 ( tujuh belas ) kali dalam satu hari mengucapkan do’a mohon cukup dan mohon rizqi berjuang dan berusaha agar do’a itu terwujud. Ujud perjuangan itu adalah meningkatkan ketrampilan manajemen dan meningkatkan etos kerja

Menjelang tidur mendekatkan diri kepada Allah

Sering kegelisahan dialami oleh seseorang ketika akan tidur. Kegelisahan itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain beban pikiran yang berat, masalah ekonomi, anak, pekerjaan dan lain-lainnya. Untuk menghilangkannya banyak cara dapat dilakukan. Adakalanya dengan cara yang benar tetapi ada pula dengan cara yang tidak benar seperti lari ke dukun misalnya.
Banyak cara bagaimana mencari jalan keluar atau solusi yang terbaik yang telah diajarkan dalam Islam, diantaranya adalah membiasakan berdzikir dan berdo’a ketika menjelang tidur, sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kepada ummatnya seperti do’a berikut :





“Ya Allah, aku serahkan diriku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada –Mu serta kusandarkan diriku kepada-Mu, penuh harap limpahan pahala-Mu kepadaku dan rasa takut akan ancaman siksa-Mu.Tidak ada tempat berlindung dan melepaskan diri dari siksa-Mu, melainkan hanya kepada Engkau. Ya Allah, aku percaya kepada kitab yang telah Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utus “(HR.Bukhari dari Barra’bin Azib RA)

Kandungan dari do’a tersebut sebagai berikut:
1. ISTISLAM ( Berserah diri kepada Allah )
Berserah diri kepada Allah mutlak harus dilakukan oleh setiap insan beriman, karena kenyataan manusia tidak mampu berbuat sesuatu tanpa ada bimbingan dan petunjuk Allah. Kesiapan dan kemampuan seseorang untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya merupakan bukti nyata bahwa dia telah berserah diri kepada Allah SWT dalam arti sesungguhnya
2. TAWAJJUH ILALLAH ( Menghadapkan diri kepada Allah)
Menghadapkan diri kepada Allah merupakan makna bahwa apa yang dilakukannya semua diperuntukkan untuk pengabdian kepada Allah. Semua amal yang dilaksanakan oleh setiap orang jika tidak dilandasi karena Allah maka amal tersebut menjadi tidak bermakna. Karena memang tujuan Allah menciptakan manusia agar mengabdi kepada –Nya sebagaimana firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya :” Aku (Allah ) tidak akan menciptakan Jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah ( beribadah) kepada-Ku”

3. TAFWIDHUL AMRI ILALLAH ( Menyerahkan segala urusan kepada Allah )
Menyerahkan segala urusan kepada Allah maksudnya adalah, bahwa segala urusan dan upaya manusia dalam kehidupan tidak akan terlepas dari kuasa Allah, karena itu setelah manusia berusaha hendaknya diikuti sikap tawakkal atau pasrah diri kepada Allah SWT

4. ISTI’ANAH’ALALLAH ( Menyandarkan diri kepada Allah )
Menyandarkan diri kepada Allah artinya hanya kepada Allah-lah manusia memohon pertolongan dan tambahan kekuatan, sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam memanfaatkan karunia Allah untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia sampai akhirat kelak

5. AR-RAJA’ (Penuh harap atas limpahan pahala )
Penuh harap atas limpahan pahala maksudnya bahwa setiap perbuatan yang baik diyakini pasti mendapat balasan kebaikan pula dari sisi Allah. Keyakinan dan keinginan semacam itu tidak boleh hilang dari diri manusia, karena merupakan penumbuh semangat untuk selalu melakukan amal shaleh sebagai teman yang akan mengiringi perjalanan hidupnya menuju keridhaan Allah di akhirat

6. AL-KHAUF ( Takut akan ancaman siksa)
Rasa takut akan ancaman siksa dari Allah, maksudnya bahwa semua perbuatan yang tidak baik dan dosa yang tidak mendapatkan pengampunan-Nya, pasti akan mendapat balasan yang tidak menyenangkan, dan itulah yang dikatakan azab Allah. Oleh karena itu manusia harus berusaha agar menghindarkan diri dari kemungkinan melakukan ha-hal yang dilarang dan dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya

7. ISTI’ADZAH (Mohon Perlindungan Allah )
Mohon perlindungan dan keselamatan dari azab dan siksa hanya kepada Allah semata, karena memang tempat berlindung dan melepaskan diri dari azab dan siksa-Nya hanya Allah SWT.

8. ISTIQOMAH
Istiqomah artinya kemampuan seseorang menyatakan keimanan kepada kitab Al –Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW dan kepada ke Rasul-an Nabi Besar Muhammad SAW. Keimanan tersebut diwujudkan dengan kesungguhan untuk melaksanakan perintah Allah, mengikuti jejak langkah dan tauladan Rasulullah SAW. Serta menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya secara ikhlash dan berkesinambungan . Istiqomah dalam taat kepada Allah dan cinta Rasul-Nya akan dapat mendatangkan ketenangan dan ketentraman dalam hidup

Do’a di atas akan lebih sempurna, apabila dilengkapi dengan bacaan /dzikir lain yang akan mendahuluinya seperti yang diajarkan Rasulullah kepada Siti ‘ Aisyah RA, agar melaksanakan empat perkara sebelum tidur, sebagaimana bunyi hadits berikut ini






“Wahai ‘Aisyah, janganlah kau tidur sebelum melaksanakan empat perkara, sehingga mengkhatamkan Al-Qur’an, Para Nabi dan Rasul memberikan syafa’at kepadamu, Orang muslim laki-laki dan perempuan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati ridha kepadamu dan sehingga kau berhaji dan umrah” (HR Abu Naim dari ‘Aisyah RA _
1. Menghatamkan Al –Qur’an, meksudnya adalah membaca surah Al-Ikhlas tiga kali dilanjutkan surah Al –Mu’awwidzatain dan ditutup surah Al –Fatihah
2. Mengharapkan Syafa’at para Nabi dan Rasul yang dimaksud adalah membaca shalawalat kepada Nabi Agung Muhammad SAW, dilanjutkan kepada Nabi Ibrahim as. dan keluarganya .
3. Menggapai ridha Allah SWT, dengan cara mendo’akan kedua orang tua dan kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia dengan do’a berikut ini ;


“Tuhanku,ampunilah aku, kedua orang tuaku dan orang mukmin sampai hari kiamat nanti “
4. Berhaji dan umrah , maksudnya adalah membaca tasbih yang mempunyai nilai kebaikan sebagaimana orang yang melaksanakan haji dan umrah
Adapun bacaan tasbih sebagai berikut :



“Maha Suci Allah, segala puji hanya milik Allah, tidk ada Tuhan selain Allah dan Allah itu Maha Besar Tidak ada daya dan kekuatan kecuali ( hanya Anugrah) Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung”

Jika setiap akan tidur, umat Islam selalu membaca do’a dan dzikir tersebut diatas, maka dapat dipastikan hidupnya akan tenteram dan damai, karena selalu berada dalam bingkai keimanan yang sempurna, tetap optimis dan percaya diri serta selalu taqarrub dan husnuzhzhan kepada SWT yang telah menciptakan dan memelihara dirinya

Menggapai Kesempurnaan Duniawi dan Ukhrawi

Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang ingin hidup sempurna baik di dunia maupun di akhirat dan itu pula yang diperintahkan Allah kepada manusia dalam Al Qur’an, namun tidak semua orang mampu mencapainya. Hal itu sangat di pengaruhi oleh kesadaran mereka dalam menjalankan ajaran agama dan kemampuan memanfaatkan karunia Allah yang terbentang di bumi ini. Sedangkan manusia hidup tidak bisa lepas dari ajaran agama yang telah ditetapkan Allah SWT. dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW. Selaku pembimbing manusia dalam menjalani kehidupan serta usaha yang sungguh-sungguh dalam memanfaatkan isi alam semesta ini agar manusia dapat mencapai kesempurnaan hidup di dunia maupun di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi


Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari ( kenikmatan)duniawi dan berbuat baiklah ( kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu; dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi (QS. Al –Qashash 77)
Untuk lebih memudahkan para pembaca memahami hal tersebut perlu digambarkan pada tulisan ini tentang hakikat hidup manusia yang terbagi menjadi 4 bagian
1. Bahagia di dunia dan di akhirat
Kebahagian hidup di dunia dicapai dengan terpenuhinya semua kebutuhan hidup seperti harta yang melipah, pangkat dan kedudukan, ilmu yang memadai dan lain-lainnya, selain dari itu mampu beramal shalih dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya sehingga dapat menjamin kebahagiaan hidupnya di akhirat kelak
2. Sengsara / menderita di dunia tetapi bahagia di akhirat
Kesengsaraan hidup di dunia akan berakhir dengan kemantian. Jika seseorang tetap memiliki iman dan taqwa kepada Allah serta tekun melaksanakan amal shalih di tengah penderitaan yang dihadapi, maka penderitaan di dunia diganti dengan kemuliaan dan kebahagian hidup di akhirat
3. Bahagia di dunia tetapi sengsara / menderita di akhirat
Terpenuhinya kebutuhan hidup di dunia yang tidak diikuti dengan pelaksanaan amal shalih apalagi jika banyak melakukan maksiat kepada Allah SWT maka kebahagian hidupnya di dunia diganti dengan kesengsaraan di akhirat
4. Sengsara/ menderita di dunia dan semakin sengsara dan menderita diakhirat
Adakalanya orang yang hidup dalam kesengsaraan justru banyak melakukan kemaksiatan kepada Allah, misalnya biasa meninggalkan shalat dan lain-lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sering melakukan pelanggaran terhadap ketentuan agama seperti berjudi, mencuri, memperdagangkan barang-barang haram. Orang semacam itu akan mengalami dua kesengsaraan yakni sengsara di dunia dan semakin sengsara di akhirat

Dari keempat hakikat hidup yang diuraikan diatas, setiap orang berusaha agar bisa mencapai tingkat yang pertama yakni bahagia di dunia dan diakhirat. Jika tidak, sekurang-kurangannya pada tingkat kedua yakni walaupun sengsara / menderita di dunia tetapi bahagia di akhirat
Untuk mencapai kedua hal tersebut dapat dilakukan berbagai macam cara Salah satunya berusaha secara maksimal dengan manfaatkan seluruh potensi dan sumber daya yang dimiliki, diimbangi dengan pendekatan diri Allah SWT melalui dzikir, munjat dan do’a. Diantara do’a yang baik untuk diamalkan agar bisa mencapai kesempurnaan hidup di dunia sampai dengan di akhirat adalah do’a berikut ini





Artinya:
Ya.Allah, Perbaikilah bagiku agamaku karena ia adalah pemeliharaan urusanku, dan perbaikilah bagiku duniaku karena disanalah tempat hidupku, dan perbaikilah bagiku akhiratku karena kesanalah tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup untuk menambah bagiku pada tiap- tiap kebaikan dan jadikanlah maut untuk istirahat bagiku dari tiap-tiap kejahataan ( HR Muslim dari Abu Hurairah RA )

Kandungan do’a tersebut diatas
1. Agama sebagai pemelihara semua urusan
Allah menetapkan agama (Islam) sebagai pemelihara manusia agar senantiasa bisa berjalan pada jalan yang lurus. Agar tercapai yang demikian, maka Allah menurunkan Al –Qur’an kepad Rasulullah SAW yang kemudian beserta sunnahnya diwariskan kepada seluruh umat manusia. Dengan Al –Qur’an dan Sunnah Rasul manusia tidak akan pernah tersesat selamanya, karena dengannya semua urusan hidup manusia akan menjadi baik dan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Al-Qur’an memuat petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus dan kabar gembira bagi orang-orang yang melaksanakan amal shalih serta peringatan dan ancaman adzab bagi orang-orang yang tidak beriman dan pelaku maksiat kepada Allah ( lihat Al Israa ayat 9 )
2. Dunia sebagai tempat hidup / kehidupan
Allah menciptkan bumi dan segala isinya agar dimanfaatkan oleh Adam dan keturunannnya ( manusia ) untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia yang fana ini. Semua yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia ini harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab karena kesempatan hidup di dunia hanya satu kali
3. Akhirat sebagai tempat kembali
Kehidupan hakiki dan abadi bagi manusia adalah di akhirat . Oleh karena itu, setiap manusia melakukan aktifitas selagi hidup di dunia hendaknya bermuara pada kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat itulah yang lebih baik dan kekal sebagaimana firman allah SWT dalam surah Al –A’laa ayat 17
(sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal)
Dari firman Allah SWT pada ayat lain
Dan sesungguhnya kehidupan akhirat itu adalah lebih baik bagimu dai pada kehidupan dunia ( terjemahan QS Adh Dhuha : 4 )
4. Hidup untuk melakukan dan menambah kebaikan
Hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan yang sebenarnya adalah akhirat. Oleh karena itu. Mutlak bagi manusia agar hidupnya dimanfaatkan untuk melakukan berbagai amal shalih karena amal shalihlah yang dapat mengantarkan manusia pada kehidupan yang sebenarkan di akhirat. Sebaliknya, miskin amal shalih akan mengantarkan manusia pada kesengsaraan dan penderitaan yang hakiki diakhirat. Ada tiga sahabat yang akan mengiringi perjalan hidup manusia; pertama, yang mengantarkannya hingga sakaratul maut yakni harta kekayaan dan pangkatnya; kedua yang mengantarkan hingga liang lahat yakni keluarga, tetangga dan teman sejawat; sedangkan yang mengantarkan hingga hari akhirat adalah amalnya. Sebaik-baik amal yang bisa mendatangkan kemuliaan di akhirat adalah amal shalih
5. maut sebagai akhir dari kemaksiatan dan kejahatan
Jika akhir kehdupan adalah kematian, maka amal pun akan berakhir dengan kematian begitu pula dengan kemaksiatan dan kejahatan. Bagi orang yang beriman, kematian merupakan harapan karena dengan kematian dia diselamatkan dari perbuatan maksiat dan durhaka yang berkepanjangan. Sebaliknya, bagi orang yang durhaka kematian adalah penderitaan yang menyebabkan mereka takut menghadapinyanya

Kandungan do’a diatas adalah permohonan kepada Allah SWT; kiranya Allah berkenan menjadikan kita sebagai orang yang memiliki kesadaran beragama yang mantap; kreatifiytas yang tinggi untuk mengelola isi ala mini sehingga menberikan manfaat bagi kesejahteran hidup dunia dan kesadaran yang tinggi untuk selalu tekin beribah bagi bekal hidupnya diakhirat sehingga hidupnya menjadi bermanfaat dan tidak sia-sia serta keimanan yang mantap kepada Allah dan hari kemudian
Do’a di atas jika diamalkan secara rutin setiap selesai shalat fardhu akan memudahkan kita menggapai kesahteraan dan kebahagian hidup di dunia serta keselamatan dan kesempurnaan hidup di akhirat. Insya

Doa agar mudah pergi Haji

Setiap muslim pasti bercita-cita ingin menunaikan Ibadah Haji ke Baitullah sebagai wujud pemenuhan ketaatan kepada Allah karena Ibadah Haji merupakan penyempurna ke Islam-an bagi seorang muslim sebagaimana sabda Rasulullah SAW:




“Islam dibangun di atas lima sendi yakni: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, Menegakkan Shalat, Membayar Zakat, Berpuasa di bulan Ramadhan dan Menunaikan Ibadah Haji bagi yang telah mampu”(HR.Bukhari)

Hadits di atas mengumpamakan Agama Islam dengan sebuah bangunan yang harus memenuhi 5 komponen pokok yakni
1. Pondasi agama Islam ada dua kalimat syahadat
2. Tiang agama Islam adalah tegaknya shalat lima waktu
3. Pintu dan Jendela agama Islam adalah terbayarnya zakat infaq dan shadaqah
4. Tembok / dinding agama Islam adalah sempurnnya puasa di bulan ramadhan
5. Sedang atapnya agama Islam adalah Ibadah haji
Lima komponen tegaknya agama Islam pada diri seorang muslim itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Antara satu dengan lainnya ada keterkaitan dan saling melengkapi serta memiliki kedudukan yang sama dalam syari’at Islam
Berbagai macam cara yang ditempuh oleh setiap muslim agar keinginan menunaikan ibadah haji terwujud, namun pada kenyataannya, tidak semua orang dapat dengan mudah melaksanakan, karena banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya:
1. Belum tercukupi bekal dalam perjalanan dan nafkah keluarga yang ditinggalkan
2. Terjadinya kebimbangan dalam diri seorang muslim apakah memenuhi panggilan Allah atau memenuhi panggilan nafsunya
3. Merasa dirinya belum pantas untuk menyandang gelar haji karena pengetahuan agama yang sangat kurang dan pelaksanaan ibadah yang belum sempurna
4. Godaan gemerlapnya dunia yang menyebabkan silau dan mata batinnya tak mampu melihat jaminan kehidupan akhirat yang lebih menjanjikan
5. Belum memiliki do’a khusus yang dapat mempercepat terwujudnya keinginan pergi haji
Dari kelima factor tersebut kuncinya ada pada do’a. Jika seseorang memiliki do’a yang tepat kemudian istiqamah mengamalkannya serta yakin do’anya akan terkabul, maka Allah SWT akan membukakan semua jalan yang memungkinkan seseorang bisa menunaikan ibadah haji dengan mudah walau secara llahiriyah kemungkinan itu tidak ada
Firman Allah SWT



Dan Tuhanmu berfirman:”Mohonlah kepada-KU, niscaya akan Aku kabulkan, sesungguhnya orang-orang yang sombong ( dari) memohon kepada-Ku niscaya akan Aku masukkan mereka ke dalam neraka jahanam dalam kehinaan”

Sementara Rasullullah bersabda:


“Berdo’alah kepada Allah dan hendaklah (kamu) yakin bahwa do’amu akan dikabulkan. Maka sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan do’a seseorang yang hatinya tidak berpengharapan ( kepada Allah )
Berikut ini kami sajikan beberapa do’a penting bagi orang yang ingin dimudahkan oleh Allah untuk menunaikan ibadah haji. Do’a ini merupakan perpaduan antara do’a yang berasal dari ayat-ayat Al –Quran, Hadits-hadits Rasulullah dan do’a yang berasal dari ijazah ( pemberian ) dari Ulama yang dapat dipertanggungjawabkan ke ‘aliman dan keshalihannnya
Doa tersebut sebagai berikut:




Ya Allah limpahkanlah shawalat dan salam kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarga dan para shahabat beliau, yang dengan shawalat itu Engkau sampaikan keinginan kami untuk melaksanakan haji ke rumah-Mu yang suci ( Baitullah ) dan ziarah kepada kekasih-Mu, junjungan kami Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sehat wal afiat selamat dalam santunan-Mu serta tercapai keinginan (kami)(Ijazah Shawalat dari KH Mufid Mas’ud, pendiri Pon Pes Sunan Pandanaran Ngaglik Sleman )





Dengan rahmat-Mu Ya Allah Yang Maha Peyayang, jadikanlah kami ( sebagai tamu-Mu) dan mudahkanlah kami berkunjung ke dua tempat suci ( Mekkah dan Madinah) untuk memenuhi kewajiban Haji dan Umrah serta menziarahi kuburan Nabi-Mu Nabi Muhammad SAW. (Ijazah do’a dari Syaikhuna Alm Abdul Muthi bin KH. Badruddin, Pengasuh Pon Pes Miftahul ‘ Ulum Kecamatan Palengaan Pamekasan )





Ya Allah, tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, dan Engkaulah yang membuat sesuatu yang sulit ( susah) menjadi mudah dan apabila Engkau menghendaki
Mudahkanlah kami Ya Allah, dan janganlah kiranya Engkau persulit kami. Ya Allah Ya Tuhan kami, sempurnakanlah kami dengan kebaikan ( HR Ibnu Hibban )







Ya Allah Ya Tuhan kami, terimalah amal kebaikan kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Allah Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Peyayang (Al Baqarah: 127-128)

Maksud yang terkandung dari ke empat do’a tersebut diatas:
1. Rasulullah diutus bumi ini sebagai rahmatan lil ‘alamin yang dapat diperoleh dengan cara bershawat kepada Rasulullah SAW agar mudah mendapatkan syafaatnya baik di dunia maupun di akhirat. Diantara Syafaat Rosulullah di dunia adalah kemudahan berziarah ke dua tanah suci ( Mekkah dan Madinah ) atas izin Allah SWT.
2. Mohon Kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang agar dimudahkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah dan berkunjung kepada Rosulullah di Madinah.
3. Mohon kepada Allah agar dihilangkan semua kesulitan dan dibukakan pintu kemudahan sehingga pintu menuju ke tanah suci semakin lapang dan terbuka lebar.
4. Do’a ini diucapkan oleh Nabi Ibrahin As. ketika selesai membangun Baitullah. Jika istiqomah mengamalkan do’a ini Insya Allah akan ditunjukan jalan dan cara mudah melaksanakan ibadah haji.
Sebagai penutup dari tulisan ini kami sajikan pula kiat- kiat agar mudah menunaikan ibadah haji disamping do’a di atas. Kiat –kiat tersebut sebagai berikut :
1. Tiada hari tanpa sholat dhuha dan sholat malam walaupun terasa berat
2. Tiada hari tanpa baca Al quran walau hanya satu ruku’
3. Tiada hari tanpa infaq dan shodaqoh walaupaun hanya sedikit
4. Biasakan membaca do’a haji mabrur setiap selesai sholat lima waktu
5. Biasakan sholat hajad dan berzikir sebelum tidur ( Baca : Sambil Tidur Mendekatkan Diri Kepada Allah pada terbitan sebelumnya ).

Gapai Kesucian dengan do'a

Ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan hidup seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh tercukupinya kebutuhan hidup, tetapi juga ditentukan oleh tidak adanya beban hidup yang menghinggapi dirinya. Beban hidup seseorang bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya karena kotor dan gelapnya hati oleh perbuatan dosa yang bertumpuk-tumpuk. Untk membersihkan hati yang kotor dan menerangi kembali hati yang gelap sehingga beban hidup menjadi hilang, setiap insan beriman harus bertaubat kepada Allah. Dengan taubat itulah Allah akan mengampuni dosa-dosanya sehingga hati menjadi bersih dan terang kembali
Allah Berfirman




“Dan Sesungguhnya Aku ( Allah ) Maha Pengampun ( terhadap dosa ) bagi siapa saja yang bertaubat , beriman , dan beramal shalih dan yang tetap pada jalan yang benar ( mengikuti petunjuk ): QS. Thaha;82













“ Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.At-Tahrim;8)

Menurut sebagian Ulama, tobat nashuha itu mempunyai 4 syarat yaitu:
1. Membaca istighfar (“Astaghirullaahal azhiim, Alladzii Lal-Ilaaha Illaa Huwal Hayyul Qayyuumu Wa Atuubu Ilaihi”) yang diucapkan berulangkali ( Misalnya 100 x)
2. Menunjukan penyesalan terhadap dosa yang telah dilakukannya
3. Berjanji kepada Allah bahwa dia tidak akan melakukan perbuatan dosa tersebut pada hari-hari berikutnya
4. Memperbanyak melakukan kebaikan, hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT






Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS.Hud;114)
Dan Sabda Rasulullah saw yang artinya:
“ Bertaqwalah kepada Allah di manapun kamu berada, dan ( segera) ikuti perbuatan yang jahat (dosa) dengan perbuatan baik niscaya ( perbuatan baik itu ) akan menghapus dosa, dan pergaulilah orang lain dengan pergaulan yang baik”



Tobat yang diterima oleh Allah adalah tobat yang dilaksanakan selagi roh belum keluar dari jasadnya atau sebelum matinya, dan bukan bertobat ketika roh telah berada di tenggorokannya ( ketika naza’) Tobat yang dilaksanakan ketika roh sudah di leher, tobatnya tidak akan diterima oleh Allah. Alangkah ruginya jika seseorang menangguhkan tobatnya dan baru akan bertobat setelah berusia lanjut, karena tidak ada seorangpun yang tahu kapan roh itu akan dicabut oleh Allah, sementara dimasa mudanya banyak melakukan perbuatan maksiat kepada Allah SWT
Sabda Rasulullah saw



“Barang siapa yang bertobat kepada Allah sebelum nyawanya sampai di tenggorokan ( akan mati ) maka Allah akan menerima tobatnya “
Bagi seseorang yang belumur dosa dan melakukan syirik kepada Allah, segeralah bertobat kepadaNya dan memperbaiki diri tanpa menunda-nunda tobatnya pada keesokan harinya. Perlu disadari bahwa kematian bisa datang sewaktu –waktu dan dapat merenggut jiwa seseorang tanpa disadari oleh orang tersebut
Firman Allah swt

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Az-Zumar;53)
Menurut satu riwayat bahwa sebab turunnya ayat tersebut diatas berhubungan dengan surat wahsyi kepada Rasulullah yang menyatakan dirinya ingin bertaubat, tetapi keinginan tersebut terhalang oleh maksud ayat 68 surah Al- Furqon yang menerangkan bahwa penyembah Tuhan selain Allah, pembunuh dan pezina akan mendapat balasan akibat dosa yang telah dilaksanakannya itu. Ternyata wahsyi telah melakukan perbuatan tersebut sehingga dia bertanya kepada Rasulullah : “Apakah ada hak bagiku untuk bertobat”,kemudian turun pula ayat berikut ini:





“kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.Al-Fuqon;70)
Ayat diatas memberikan gambaran bahwa jika orang telah bertobat kepada Allah maka dosa-dosanya akan diampuni Allah dan tersisa tinggallah amal shalihnya
Rasulullah juga telah menyatakan dalam sabdanya:



“Orang yang bertobat terhadap suatu dosa, maka baginya seperti orang yang tidak berdosa”

Disamping empat cara bertobat kepada Allah seperti telah diuraikan diatas, bisa juga dilengkapi dengan do’a-do’a yang memang bertujuan untuk memohon ampunan kepada Allah. Banyak dijumpai do’a dan dzikir yang bisa diamalkan oleh seseorang untuk mendapatkan ampunan Allah dari berbagai macam dosa yang telah dilakukannya. Berikut ini penulis sajikan sebuah doa yang dapat diamalkan dalam rangka bertobat kepada Allah SWT yaitu









“ Ya Allah, Ampunilah aku dari kesalahanku,kebodohanku, keterlaluanku dalam segala urusanku dan dalam segala hal yang Engkau lebih mengetahuinya dari padaku. Ya Allah ampunilah aku dari sungguh-sungguh kulakukan, dari yang hanya pura-pura, dari yang tidak sengaja dan dari yang sengaja kulakukan, dan semua itu ada padaku. Ya Allah, Ampunilah aku dari semua dosa yang kukerjakan masa lalu dan yang akan datang, dan yang kusembunyikan dan yang terang-terangan kulakukan dan dari segala hal yang Engkau lebih mengetahuinya dari padaku Engkau yang mendahulukan dan Engkau pula yang mengakhiri dan Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu,”
(HR Bukhari Muslim dari Abu Burdah bin Abu musa Al-Asy’ari r.a)
Maksud dari doa tersebut sebagai berikut:
Dalam menjalani hidup dan kehidupan, secara kodrati manusia cenderung melakukan berbagai macam kesalahan (dosa) yang berakibat tertutupnya mata batin manusia Sehingga menimbulkan resah, gelisah dan beban batin serta ketidaknyamanan dalam dirinya
Berbagai macam kesalahan ( dosa) yang dilakukan manusia sebagai berikut:
1. Dosa yang sengaja dilakukan dengan kesadaran penuh dan yang tidak disadari
2. Dosa yang nampak sebagai suatu kesalahan ( dosa) dan yang nampak samara-samar
3. Dosa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan yang pura-pura melakukannya
4. Dosa yang telah lalu dan dosa yang mungkin dilakukan di masa yang akan datang
5. Dosa yang telah lama dilakukan dan yang baru saja dilakukan
6. Dosa yang diketahui dengan pasti dan yang tidak diketahui sama sekali
7. Dosa besar dan dosa kecil
Ketujuh macam dosa yang di sebutkan di muka tetap akan diampuni oleh Allah apabila seseorang betul-betul berniat untuk bertaubat kepadaNya dengan memebuhi syarat yang telah disebutkan oleh sebagaian ulama dan berdo’a seperti doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw tersebut.Disamping itu mengetahui kunci-kunci pembuka pintu taubat yang harus dilaksanakan sehingga terjadi keterpaduan antara amal qolbiyah berupa niat yang ikhlas untuk bertobat, ama lisaniyah berupa dzikir dan do’a, dan amal badaniyah berupa keistiqomahan dan kesinambungan pelaksanaan amal shalih secara nyata
Adapun kunci pembuka pintu taubat yang harus dilaksanakan yaitu
1. Memperbanyak istighfar
2. Menyempurnakan wudhu
3. Menegakkan, memelihara dan menyempurnakan shalat
4. Memelihara dan menyempurnakan ibadah jum’ah
5. Melaksanakan dan menyempurnakan ibadah puasa
6. Menunaikan ibadah haji jika telah istitha’ah
Dengan melaksanakan tiga bentuk amal dalam rangka bertaubat yang dipadukan dengan melaksankanan empat syarat bertobat dan mengamlkan doa seperti di uraikan diatas, maka Allah Insya Allah dosa-dosanya akan diampuni olehNya. Segala dosa besar yang dimintakan ampunan kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya dan seikhlas-ikhlasnya, diharapkan Allah akan mengampuni. Dengan diampuninya semua dosa akan dapat membantu seseorang menemukan kedamaian dan ketentram hidup, kegelisahan dan beban hidup yang menghimpit akan hilang, yang tersisa hanyalah semangat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah karena hati telah terang dengan cahaya Illahi, wajahpun akan nampak bersinar cerah

Bila Do'a Tak Terjawab


Do’a adalah sarana bagi seorang hamba untuk beribadah kepada Rabbnya, karena do’a mengandung unsur ikatan hati yang kuat dan keikhlasan kepada Allah dan tidak adanya keinginan untuk berpaling kepada selain Allah dalam meraih manfaat dan menolak bahaya.

Dalam Al Qur’an terdapat perintah untuk melakukan shalat dan do’a disertai dengan ketabahan sebagai sarana untuk meraih suatu kebutuhan (Qs. 2 : 45)
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

Dari sini dapat dipahami bahwa do’a saja, tanpa ketabahan dalam usaha, belum menjadi jaminan terpenuhinya harapan. Janji Allah yang menyatakan :
“Aku perkenankan do’a yang bermohon apabila ia bermohon kepada-Ku”. (Qs. 2 : 186).

“Apabila ia bermohon” merupakan syarat sekaligus isyarat bahwa ada saja yang mengangkat tangan dan menengadah ke langir, tetapi ia tidak berdo’a memohon kepada-Nya. Do’a yang tulus pasti diperkenankan oleh Tuhan. Jangankan yang dating dari seorang mukmin, seorang kafir bahkan iblis sekalipun doa’anya juga diperkenankan oleh Tuhan. (Qs. 15 : 37).

Do’a juga mengandung sebuah keyakinan bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa dan tidak ada sesuatupun yang dapat melemahkan-Nya. Dia Maha Mengetahui, tidak ada sesuatu yang tersembunyi dan terlepas dari pengetahuan-Nya. Dia juga Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha Hidup dan senantiasa mengurus seluruh makhluk-Nya, Maha Pemurah dan Dermawan, pemilik semua kebaikan yang tidak terputus selamanya, kemurahan-Nya, Maha Luas dan tidak terbatas kebaikan-Nya tidak akan pernah ada akhirnya, dan simpanan berkah-Nya tidak akan pernah habis.

Manfaat do’a tidak dapat diragukan lagi. Oleh karena itu, dengan segala sifat-sifat Allah Yang Maha Agung tersebut, telah menyebabkan manusia memohon dan berdo’a, dan seluruh makhluk yang ada di langit dan bumi memohon semua kebutuhannya dengan bahasa mereka masing-masing.
Di Negara Republik Indonesia, yang rakyatnya religius, upacara-upacara resmi sebagaimana halnya acara-acara keagamaan seringkali diakhiri dengan do’a. Hanya saja sebagian dari permohonan itu mungkin tidak memenuhi syarat berdo’a, karena jarang terasa bahwa permohonan yang dipanjatkan bagaikan “Laporan” kepada Tuhan yang disampaikan dengan bangga dan panjang lebar bagaikan “pidato” dihadapan-Nya, padahal kita diperintahkan agar “bermohon dengan rasa rendah diri dan dengan suara yang lembut” (Qs. 7 : 55)

Pada acara keagamaan, do’a yang dipanjatkan ada kecenderungan menghimpun semua do’a yang diketahui dan yang pernah dipanjatkan oleh makhluk Tuhan dalam berbagai situasi dan kondisi, sehingga do’a terasa membosankan dan “amin” diucapkan sebagai isyarat kepada si pendo’a agar menyudahi do’anya. Disamping itu, makna yang terkandung dalam do’a pun sering tidak memahaminya.

Kiranya kita masih perlu belajar berdo’a dimulai dari keharusan menyertai do’a dengan ketabahan “berusaha” sampai pada “etika” berdoa dan “materi” harapan yang dipanjatkan.
Do’a adalah alat ukur yang tepat untuk mengetahui derajat iman seseorang. Ibnu Taimiyah berkata : “Jika ingin mengetahui kebenaran iman di dalam hati Anda, maka perhatikanlah do’a Anda”.

Doa merupakan bentuk permohonan dari seseorang yang lemah kepada Yang Maha Kuasa, memohon pertolongan dari seorang yang teraniaya kepada Yang Maha Perkasa, seseorang menghadap dan mengharap kepada Sang Pengatur Alam dan seluruh urusan yang ada di langit dan di bumi, agar berkenan untuk menghilangkan kesulitan, mengangkat kesempitan dan melapangkannya atau mengabulkan harapan dan keinginannya.
Kalaupun do’a kita telah dikecewakan oleh Allah, kita tetap yakin bahwa Allah lah yang memiliki kekuasaan. Allah yang memberi dan mencabutnya “dalam genggaman tangan-Nya segala kebajikan”. Firman Allah dalam Surat Al Baqoroh ayat 216 :
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia (akibatnya) amat baik bagiu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia (akibatnya) amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”

Oleh karena itu, tiap orang bias menyesal dan sedih, tetapi jangan mengutuk dan terbawa “emosi” terlalu jauh, kenapa do’a nya “tak terjawab?” Jangan salahkan Allah bila do’a tak dikabulkan atau belum dikabulkan dan jangan pula menggerutu atau jemu. Shaih Abdul Qodir Jaelani dalam bukunya “Mafatih Al Ghaib” menjelaskan : “Jika Anda memohon tibanya cahaya siang pada saat kian memekatnya kegelapan malam, maka penantian anda akan lama, karena kepekatan akan meningkat hingga tibanya fajar. Tetapi yakinlah bahwa fajar pasti menyingsing, baik Anda kehendaki atau tidak. Jika Anda menghendaki kembalinya malam pada saat itu, maka do’a anda tidak akan dikabulkan karena Anda meminta sesuatu yang tak layak, dan Andan akan dibiarkannya meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tetapi anda salah bila jemu berdo’a, karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesaat setelah datangnya satu kesulitan pasti disusul oleh “dua kemudahan”, karena itu tetaplah yakin bahwa dalam genggaman tangan-Nya terdapat segala kebajikan.

Apabila apa yang dimohonkan tidak diperoleh dengan segera, Anda tak akan rugi karena, lanjut Syaih Abdul Qodir Jaelani, Nabi pernah bersabda : “Pada hari kebangkitan ada yang terheran-heran melihat ganjaran perbuatan yang dirasakan tak pernah dilakukannya. Ketika itu disampaikan kepadanya : “Inilah do’a-do’amu di dunia yang dulu tidak dikabulkan”. Karena itu, janganlah jemu berdo.a juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk.

Betapapun akhirnya Innamal a’malu binniyat : setiap usaha dinilai Allah berdasarkan niyat pelakunya. Dan niat itu hanya Allah yang tahu. Kita diperintahkan berprasangka baik. Karena tidak wajar menurut agama bersu’udzan kepada Allah, apalagi mereka yang berdo’a.